Crisis Management, Untuk Personal Branding?
by , 23 May 2014
0

Crisis Management menjadi salah satu bagian pekerjaan Public Relations yang cukup menyita otak dan tenaga dalam strategi dan implementasinya. Pernah tahu bagaimana repotnya perusahaan ketika tertimpa krisis? Betapa perlu berhati-hatinya PR officer perusahaan tersebut dalam menyusun strategi dan mengelola isu hingga permasalahan tidak menjadi semakin buruk. Jika diibaratkan, Crisis Management ini jadi salah satu tahapan berat di PR yang membutuhkan perhatian ekstra dan ketepatan strategi. Salah langkah sedikit saja, bisa jadi strategi yang ditetapkan justru memunculkan permasalahan baru.

Pernahkah terpikir oleh PRiders bahwa strategi crisis management juga dapat diterapkan untuk membangun Personal Branding seseorang? Memang banyak hal yang juga perlu menjadi pertimbangan utama ketika krisis reputasi justru terjadi pada seseorang. Perlu dilihat bagaimana dan seberapa jauh krisis ini mengganggu reputasi seseorang, apa penyebabnya dan bagaimana solusinya.

Mari kita belajar dari reputasi Presiden SBY yang selama ini sering mendapat kritik, cemooh, keluhan bahkan bulan-bulanan (bully) dari media maupun masyarakat di media sosial. Pemberitaan negatif mengenai Presiden SBY, baik di media massa maupun media sosial, tentulah akan mereduksi reputasi positif Presiden dan meningkatkan opini publik yang mengarah pada sentimen negatif. Dari kacamata dunia komunikasi dan Public Relations, fenomena ini sudah menjadi potensi krisis bagi image dan reputasi seseorang.

Anggap saja sosok Presiden SBY adalah sebuah “brand” dimana sang Public Relationsatau mungkin dalam hal ini divisi / bagian Humas Presiden, perlu memikirkan strategi bagaimana mengembalikan reputasi positif Presiden SBY sekaligus mereduksi “hantaman” negatif dari publik.

Jika PRiders mengalami krisis reputasi, jangan ragu untuk melakukan berbagai upaya pengembalian image dan reputasi positif PRiders. Misalnya saja seperti yang dilakukan oleh PR sebuah brand, ada beberapa tahapan yang secara garis besar perlu dilakukan dalam mengelola krisis, antara lain:

  1. Riset dan Analisis Krisis

Riset adalah hal utama dalam kegiatan Public Relations. Dalam kasus reputasi pribadi, riset bisa dilakukan dengan melihat seberapa tinggi resistensi publik terhadap seseorang. Analisis juga bisa dilakukan dengan menerapkan analisis SWOT yang berguna untuk melihat seberapa besar dukungan, hantaman dan peluang PRiders untuk mengembalikan reputasi menjadi baik.

  1. Membentuk Tim

Dalam konteks reputasi Presiden SBY, ada baiknya Presiden membentuk tim untuk mengelola program dan strategi pengelolaan reputasi. Jika dirasa belum perlu, carilah orang-orang kepercayaan yang siap membantu dan mendukung dalam memperbaiki reputasi. Hal ini diperlukan agar ada orang yang secara objektif bisa melihat perkembangan reputasi dan memberikan rekomendasi secara tepat.

  1. Menyusun Strategi

Tahapan yang tidak kalah pentingnya adalah penyiapan strategi yang tepat. Sebelumnya perlu adanya klasifikasi tingkatan publik yang akan menjadi target yang akan diubah persepsi dan opininya. Lalu, PRiders perlu menyusun apa yang harus dilakukan dan bagaimana dampak yang diharapkan. Tentu, dalam pekerjaan Public Relations, perlu disiapkan juga strategi dan rencana cadangan. Hal ini penting untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu rencana utama tidak berjalan dengan baik.

  1. Mengoptimalkan Tools Komunikasi

Dalam hal ini, semua tools komunikasi perlu dimaksimalkan mulai dari komunikasi interpersonal secara tatap muka, komunikasi menggunakan media telekomunikasi (telepon, email, dll) hingga sosial media. Tools komunikasi merupakan sarana penting meskipun tetap perlu disesuaikan dengan target publik yang akan disasar.

  1. Implementasi Program

Setelah menentukan strategi, langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan strategi secara langsung. Dalam mengelola krisis untuk personal branding, implementasi strategi perlu dilakukan secara hati-hati dan tepat. Personal branding akan sulit di-recovery ketika publik yang menjadi target menjadi sangat resisten atau cenderung antipati pada PRiders., sehingga perlu pendekatan khusus dan ekstra kesabaran untuk mencoba dan berusaha memperbaiki reputasi PRiders. Perlu diingat, reputasi berkaitan dengan kinerja. Buktikan bahwa perubahan yang lebih baik itu nyata dilakukan. Hal ini akan menjadi poin utama dalam memperbaiki reputasi.

  1. Menggunakan Third Party Endorser

Jika usaha perbaikan reputasi yang PRiders lakukan masih mendapat tekanan dan resistensi dari publik, pendekatan melalui third party endorser mungkin bisa jadi pilihan baik. Terkadang, seseorang akan mengubah persepsinya setelah berdiskusi dengan orang lain yang berpengaruh. Mungkin PRiders bisa menganalisis terlebih dahulu siapa yang bisa menjadi third party endorser yang memiliki pengaruh besar bagi sang target publik.

  1. Evaluasi dan Perencanaan Strategi Berikutnya

Dalam setiap kegiatan PR, evaluasi kegiatan jadi salah satu tahapan penting yang mampu melihat berhasil atau tidaknya sebuah kegiatan PR. Indikator keberhasilan yang ditentukan di awal program tentu akan dievaluasi pencapaiannya. Jika masih ada yang belum terpenuhi, perlu adanya strategi berikutnya untuk upaya pengembalian reputasi PRiders.

Bagaimana, pasti menarik ya? Pernah ada di posisi seperti ini atau PRiders pernah mengetahui adanya proses lain yang perlu dilakukan? Ayo sharing disini! <AP>

WordPress › Error

There has been a critical error on this website.

Learn more about debugging in WordPress.