Kisah Apple dan Surat Cintanya Taylor Swift
by , 26 June 2015
0
Taylor Swift

Apa yang terjadi ketika perusahaan sebesar Apple mendapatkan protes dari penyanyi setenar Taylor Swift?

Pertanyaan itu muncul ketika Taylor Swift menuliskan surat terbuka bernada protes pada Apple karena layanan terbaru Apple Music tidak akan membayar royalti penulis lagu selama tiga bulan masa trial. Pada masa trial tersebut pengguna juga dapat menikmati layanan tersebut secara gratis.

Di surat terbukanya, Taylor menyatakan protes terhadap kebijakan tersebut. Tidak hanya mewakili diri sendiri, tapi termasuk artis baru, produser dan pihak-pihak lainnya.

“This is about the new artist or band that has just released their first single and will not be paid for its success. This is about the young songwriter who just got his or her first cut and thought that the royalties from that would get them out of debt. This is about the producer who works tirelessly to innovate and create …”

Lantas apa yang dilakukan Apple?

Yang harus dipahami adalah kedua belah pihak saling membutuhkan dalam hal meraup keuntungan. Apple membutuhkan kesediaan Taylor Swift agar lagunya dijajakan di aplikasi terbaru Apple Music dan dengan demikian sang penyanyi mendapatkan keuntungan setiap kali pengguna memainkan lagunya di aplikasi tersebut.

Tentu saja Apple memahami dengan jelas posisi tersebut. Hanya berselang satu hari, Eddy Cue, Senior VP Apple melalui twitternya memberitahukan bahwa Apple akan tetap membayarkan royalti artis selama masa trial tersebut. Pemberitahuan singkat tersebut berakhir dengan kicauan “We hear you @taylorswift13 and indie artists. Love, Apple.”

Surat terbuka yang awalnya merupakan nada protes seolah-olah berganti menjadi surat cinta karena mampu mengubah kebijakan Apple. Langkah tersebut pun disambut baik oleh sang penyanyi dengan menyatakan kesediaannya untuk menempatkan album terbarunya di aplikasi tersebut.

Protes dari Taylor Swift dan solusi dari Apple tentu menjadi momen penting bagi para artis yang selama ini berjuang untuk mendapatkan royalti atas karya-karya mereka yang dimanfaatkan oleh pihak lain. Tapi peristiwa ini tentu berawal dari kekuatan media online yang benar-benar dipahami oleh kedua belah pihak sebagai media yang dapat mempengaruhi opini publik dan media yang dapat menggalang dukungan publik.

Semakin meningkatnya pengguna media online membuat perusahaan menjadi paham akan kekuatan publik khususnya netizen. Kita tunggu saja apa yang terjadi berikutnya.

Sumber gambar: ew.com